KESETARAAN GENDER
DOSEN:
CHOIRUL UMAM
DISUSUN
OLEH:
TANIA VALERI M. (37416295)
1ID05
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2017
ILMU
SOSIAL DASAR
A.
Pengertian
Ilmu
Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah – masalah sosial,
khususnya yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia dengan menggunakan pengertian
– pengertian (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang
pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu – ilmu sosial seperti: sejarah,
ekonomi, geografi sosial, sosiologi, antropologi, psikologi sosial, sosiologi,
ekonomi, ekonomi politik, kependudukan, dan lain-lain)
B.
Tujuan
Ilmu
Budaya Dasar bertujuan dalam pengembangan pribadi dengan memanfaatkan berbagai
cabang ilmu sosia secara terpadu, bukan pengembangan ilmu. Fungsi utamanya
yaitu memberikan pengetahuan dasar tentang kehidupan dengan ketrampilan untuk
menemukan dan menilai secara seimbang masalah-masalah didalamnya. Adapun tujuan
lainnya:
1. Memahami
dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial dan masalah-masalah sosial yang
ada dalam masyarakat
2. Peka
terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha-usaha
menanggulanginya
3. Menyadari
bahwa setiap masalah sosial yang timbul dalam mesyarakat selalu bersifat
kompleks dan hanya dapat mendekatinya mempelajarinya secara
kritis-interdisipliner
C.
Ruang Lingkup
Untuk
dapat menelaah masalah-masalah sosial, hendaknya terlebih dahulu kita
mengidentifikasi kenyataan-kenyataan sosial dan memahami konsep sosial
tertentu. Sehingga Ilmu Sosial Dasar dapat dibedakan menjadi tiga golongan,
yaitu:
1. Kenyataan
– kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat, yang secara bersama-sama
merupakan masalah sosial tertentu. Hal ini, sering ditanggapi secara berbeda
oleh para ahli ilmu-ilmu sosial, karena adanya perbedaan latar belakang
disiplin ilmu atau sudut pandangnya. Dalam Ilmu Sosial Dasar kita menggunakan
pendekatan interdisipliner/multidisiplin
2. Konsep-konsep
sosial atau pengertian-pengertian tentang kenyataan-kenyataan sosial dibatasi
pada konsep dasar atau elementer saja yang sangat diperlukan untuk mempelajari
masalah-masalah sosial yang dibahas dalam Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Masalah-masalah
sosial yang timbul dalam masyarakat, biasanya terlibat dalam berbagai
kenyataan-kenyataan sosial yang antara satu dengan lainnya saling berkaitan.
D.
Latar Belakang
Latar
belakang diberikannya Ilmu Sosial Dasar dimulai banyaknya kritik-kritik yang
ditujukan pada sistem pendidikan di perguruan tinggi oleh sejumlah cedikiawan
terutama sarjana pendidikan, sosial dan kebudayaan. Tenaga ahli yang dihasilkan
oleh perguruan tinggi diharapkan memiliki tiga jenis kemampuan yang meliputi
personal (kepribadian), akademik dan profesional. Mereka menganggap sistem
pendidikan yang tengah berlangsung, berbau kolonial dan merupakan warisan
pendidikan pemerintah Belanda, yaitu kelanjutan dari “politik balas budi”
(etische politiek) bertujuan
menghasilkan tenaga-tenaga terampil untuk menjadi “tukang-tukang” yang
mengisi birokrasi dibidang administrasi, pedagang, teknik, dan keahlian lain
dalam tujuan ekploitasi kekayaan negara.
Perlu
dilakukan berbagai upaya sehingga manusia bukan sebagai beban pembangunan,
tetapi menjadikan manusia modal atau asset (terpenting) bagi pembangunan. Dalam
jangka panjang, yang ingin dicapai bukan hanya kualitas teknis tetapi yang
sangat diperlukan untuk mendukung proses lepas-landas, melainkan juga kualitas
lain yang memungkinkan seseorang berkembang menjadi manusia yang utuh, yaitu
manusia yang memilki sikap hidup yang selaras, serasi dan seimbang antara
kebutuhan jasmani dan rohani.
KASUS
ILMU SOSIAL DASAR
WOMEN’S
MARCH JAKARTA 2017
Awal
tahun 2017 digemparkan dengan adanya sebuah kegiatan unjuk rasa atau demo besar
dan berita ini terdengar hingga mendunia. Mengapa hingga mendunia? Karena aksi
unjuk rasa ini hampir dilakukan oleh berbagai negara di belahan dunia. Contohnya
adalah negara besar seperti Amerika Serikat yang terjadi berbagai negara bagian
seperti: Washington DC, Los Angeles, New York, Chicago, Denver, Toronto-Kanada
hingga Australia yang dilakukan di Sidney dan Melbourne. Lalu negara Inggris
juga berpartisipasi melakukan aksi unjuk rasa yang dilakukan di London,
kemudian Kenya di Nairobi, Perancis-Paris, Amsterdam, Brasilia, Lima-Peru,
Berlin, Afrika Selatan, New Zealand, Bangkok dan tidak ketinggalan
berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa ini adalah Antartika. Masih banyak lagi
negara-negara yang ikut andil dalam demo besar ini diperkirakan hingga 673
kegiatan Women’s Mach yang dilakukan di 7 benua di dunia. Tentunya negara kita,
Indonesia juga berpartisipasi yang dilakukan di Jakarta.
Kegiatan unjuk rasa apasih yang digalakkan
hampir seluruh belahan dunia ini?
Kegiatan unjuk rasa ini adalah “Women’s March”.
Tentu saja, banyak wanita yang hadir dalam demo besar ini tetapi tidak sedikit
juga laki-laki yang ikut ambil andil dalam memperjuangkan isi pesan dari demo
besar ini. Demo besar ini menyuarakan hak hidup wanita sebagai seorang wanita
yang menginginkan adanya kesetaraan hak dan keadilan mendapatkan kesempatan
yang sama diantara laki-laki maupun perempuan. Selain itu, mereka menginginkan
adanya perlindungan sebagai objek kekerasan maupun pelecehan seksual dan
dihargai sebagai manusia seutuhnya.
Awal mula Women’s March ini ramai
diperbicangkan, karena adanya pemberitaan yang tersebar hingga ke seluruh dunia
tentang keadaan negara paman sam saat itu. Aksi unjuk rasa ini berlangsung
pertama kali pada tanggal 21 Januari 2017 yang berada di Washington DC, Amerika
Serikat. Aksi unjuk rasa ini muncul sebagai bentuk protes dari para warga
wanita di Amerika Serikat yang tidak setuju atas terpilihnya Donald Trump
sebagai Presiden Amerika Serikat karena ketidakpercayaan janji Presiden Trump
dalam memimpin pemerintahan Amerika Serikat yang mewakili seluruh harapan
Amerika. Ketidakpercayaan warga Amerika terhadap Presiden Trump karena kebijakan-kebijakannya
yang dirasa merugikan dan melanggar hak-hak perempuan secara umum di Amerika
Serikat. Oleh karena itu, para warga wanita memperjuangkan ditegakkannya Hak
Asasi Manusia terutama sebagai seorang perempuan. Kemudian menuntut dengan
tegas kesetaraan gender dan ras, kebebasan beragama, dan lain sebagainya. Lebih
dari setengah juta warga unjuk rasa di Washington DC, adapun sejumlah
selebriti dan kelompok feminis dan
anti-rasialisme ramaikan Women’s March.
Saya
tidak membahas lebih lanjut Women’s March di Washington DC, Amerika Serikat.
Tetapi, saya akan membahas tentang bagaimana aksi unjuk rasa Women’s March yang
terjadi dinegara kita, Indonesia. Saya mengambil berita Women’s March di
Jakarta dari salah satu media massa terkenal yaitu CNN Indonesia.
Berita
CNN Indonesia yang di sebar melalui situs resmi CNN Indonesia pada hari Sabtu,
tanggal 11 Maret 2017, jam 18:23 yang berjudul “Women’s March Jakarta, Aksi
Damai Dari dan Untuk Perempuan”. Kekerasan sangat lekat dengan kaum perempuan
di Indonesia. Komnas Perempuan mencatat ada 321.752 kasus kekerasan berbasis
gender di ranah personal selama 2016.
Dari sekian kasus itu, 1.657 adalah kasus pemerkosaan, 1.064 pencabulan dan 268
kasus pelecehan. Diluar kasus-kasus tersebut, perempuan juga mengalami
kekerasan dalam berbagai ranah kehidupan. Dalam lingkup sekolah pun, mereka
yang berekspresi feminim harus rela mengalami kekerasan psikis, sehingga
kenyamanan untuk bersekolah berkurang atau enggan untuk bersekolah. Akses
pendidikan yang rendah membuat mereka hanya bekerja pada beberapa sektor yakni
pekerja salon, pekerja seks atau pengamen. Oleh karena itu, pada 4 Maret
dilakukan aksi didepan Istana Negara dimana 8 tuntutan dari para perempuan yang
tergabung dalam Women’s March dibacakan. Tuntutan itu termasuk tuntutan agar
pemerintah membangun kesadaran akan pentingnya toleransi dan penghormatan
terhadap keberagaman, pembangunan infrastruktur hukum dan kebijakan yang
pro-keadilan gender, serta mengajak masyarakat luas untuk lebih peduli pada isu
perempuan sebagai bentuk solidaritas dengan perempuan seluruh dunia. “Kita mau
gerakan ini tidak sampai disini saja. Gerakan perempuan ini jadi kontribusi
nyata bagi peradaban setara bagi perempuan”, pungkas Rara, salah satu panitia
penyelenggara yang ikut menambahkan tuntutan-tuntutan yang akan dibacakan
seperti soal intoleransi ditujukan bagi presiden dan soal kebijakan atau RUU
ditujukan kepada DPR. Pihak Women’s March Jakarta memilih hari sabtu 4 Maret
untuk melakukan aksi damai karena 80 persen anggota Women’s March Jakarta
adalah pekerja atau karyawan dimana pada hari itu mereka libur dari rutinitas
pekerjaan mereka. “Perkiraan massa sekitar 400 orang dari 33 lembaga tidak
hanya lembaga perempuan tetapi juga dari HAM, lingkungan. Itu belum termasuk
masyarakat umum di luar lembaga’, kata Olin Monteiro sebagai ketua Women’s
March Jakarta.
\
PEMBAHASAN KASUS
Dari
kasus diatas, kita dapat mengambil buah-buah permasalahan yang terjadi pada
kehidupan bermasyarakat. Adanya permasalahan sosial yang terjadi, karena salah
satu pihak merasa dirugikan hak hidupnya sehingga melakukan penyampaian
aspirasi kepada lembaga pemerintahan dengan menegakkan setegas-tegasnya
keadilan dalam bermasyarakat.
Saya
mengambil inti dari permasalahan ini, yaitu adanya kerenggangan keadilan dalam
kesetaraan gender. Kesetaraan gender berasal dari dua kata yaitu kesetaraan dan
gender. Dimana kesetaraan adalah sama atau sederajat. Semua orang yang brada
dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu memiliki status yang sama dan
diberikan kesempatan yang sama rata atau adil. Sedangkan gender adalah sifat
atau perilaku pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial dan
budaya. Jadi menurut saya, kesetaraan gender adalah laki-laki dan perempuan yang
mempunyai hak-hak hidup masing-masing yang keduanya memiliki kesempatan yang
sama rata dan saling memperjuangkan dan patut dipenuhi oleh lembaga pemerintah
untuk mesejahterakan hidup bermasyarakat dan bernegara.
Awal
mula unjuk rasa yang diadakan di Washington DC, Amerika Serikat membakar
semangat perempuan-perempuan yang berada di seluruh Indonesia dengan
menyuarakan keadilan akan hak sebagai perempuan yang menjadi objek kekerasan
dan ditindas oleh patriaki. Mungkin kita-masyarakat umum mengira atau menuduh
Women’s March hanya ikut-ikutan sebagai pengekor Women’s March di Amerika
Serikat dan menyebarkan paham feminisme. Ini adalah aksi bersama oleh mereka
yang mempunyai emosi kuat dalam pergerakan perempuan. Semua kelompok entah itu
kelompok buruh, imigran, pekerja rumah tangga, kelompok trans, pekerja seks,
kelompok LGBT, dan masih banyak lagi yang merasa tertindas. Semua kelompok
memiliki pesan yang ingin disampaikan dan didengar melalui aksi unjuk rasa ini.
Bukan aksi unjuk rasa asal-asalan dan tidak terstruktur tetapi sudah
direncanakan dan dikoordinasikan oleh
pihak penyelenggara Women’s March Jakarta. Sebagai orang yang menuntut
hak-haknya untuk ditegakkan dan dipenuhi, tentu saja boleh tidak melanggar dan
merugikan orang lain saat menuntutnya pula. Aksi ini berlangsung dengan damai
dalam rangka solidaritas perempuan yang ada diseluruh dunia yang merasa belum
mendapat perlakuan yang setara dalam berbagai bidang.
8
poin yang dituntut saat Women’s March Jakarta:
1. Menuntut
Indonesia kembali ke toleransi dan keberagaman
2. Menuntu
pemerintah mengadakan infrastruktur hukum yang berkeadilan gender
3. Menuntut
pemerintah dan masyarakat melindungi lingkungan hidup dan pekerja perempuan
4. Menuntut
pemerintah dan masyarakat memenuhi hak kesehatan perempuan dan menhapus
kekerasan terhadap perempuan
5. Menuntut
pemerintah membangun kebijakan publik yang pro-perempuan dan pro-kelompok
marginal lain, termasuk perempuan difabel
6. Menuntut
pemerintah dan partai politik meningkatkan keterwakilan dan keterlibatan
perempuan dibidang politik
7. Menuntut
pemerintahh dan masyarakat menghormati dan menghapus diskrimanasi terhadap
kelompok LGBT
8. Menuntut
pemerintah dan masyarakat lebih memperhatikan isu global yang berdampak pada
perempuan, serta membangun solidaritas dengan perempuan diseluruh dunia.
Faktor
kerenggangan kesataraan gender:
·
Faktor biologi
Dalam
kesehariannya, perilaku perempuan sering dikaitkan dengan aspek jasmaniahnya
secara langsung maupun tidak langsung. Ini karena perempuan mengalami hal-hal yang
khas. Keadaan khas yang bersumber pada aspek biologisnya adalah mengalami
siklus haid, hamil, melahirkan, menyusui dan mengalami menopause.
·
Sosialisasi dan Peran Seksual
Proses
sosialisasi pada intinya mengembangkan sifat-sifat manusia yang dikehendaki
oleh lingkungan sosialnya. Didalam lingkungan budaya, pembagian kerja
digolongkan sebagai khas laki –laki dan khas perempuan. Hal ini tentu akan
dapat berpengaruh dalam kebiasaan sosialisasi seseorang apalagi seorang anak
sehubungan dengan peranan seksualnya.
·
Faktor kepribadian
Kepribadian
adalah hasil perpaduan aktif antara faktor “internal” dan “eksternal”. Faktor
internal mencakup potensi, bakat dan kondisi biologis-psikologis. Sementara
faktor esternal mencakup kesempatan yang tersedia, nilai sosial-budaya yang
berlaku, tuntutan peranan seksual sebagai perempuan dan laki-laki. Stereotip
mengenai perilaku perempuan lebih sulit untuk diramalkan, lebih mudah
berubah-ubah, kurang stabil bila dibandingkan lelaki. Itu tidak selalu benar,
menentukan tidak hanya dari kepribadiannya tetapi interkasinya sebagai pribadi
yang unik dengan situasi sosial tertentu
akan membentuk jenis perilaku yang ditampilkannya
·
Partisipasi Sosial
Partisipasi
sosial yang diharapkan dan merupakan alternatif pilihan yang terbuka bagi
seseorang bisa berubah dari zaman ke zaman dan periode sejarah. Ini karena
terjadinya perubahan norma-norma sosial. Perempuan masih saja ditentukan oleh
tuntutan sosial, nilai kultural dan situasi politik. Sementara variabel kerja,
perkawinan, berkeluarga serta partispasi sosial menunjukkan gambaran yang
berbeda-beda antarbudaya, antar kelompok etnik dan kelompok sosial ekonomi.
Oleh karena itu, sangat berpengaruh pada kesempatan dan pengalaman perempuan
dan mempengaruhi pula pada pembentukan sikap, sifat, perilaku, dan nilai yang
dianut maupun dikembangkannya. Manifestasinya ialah dalam cara perempuan
mengisi peranannya sebagai istri, ibu dan pribadi yang berkarya.
Salah
satu poin yang dituntut dalam Women’s March adalah bentuk kekerasan berbasis
gender yang banyak sekali terjadi di Indonesia yang dialami anak perempuan dan
perempuan dewasa. Bahkan dalam kondisi
damai, diskriminasi perempuan terus berlangsung. Mereka adalah perempuan dengan
berbagai latar belakang budaya, pendidikan, usia, agama, dan status sosial
ekonomi. Dan, mereka mengalaminya secara sistematis. Contohnya seperti, melamar
pekerjaan atau imbalan berbeda untuk jenis pekerjan yang nilainya sama. Masih
ada pekerjaan yang dianggap lebih pantas bagi perempuan juga menjadi sumber
terjadinya diskiriminasi dan pelecehan seksual.
Tak
bisa dipungkiri, perempuan dimana pun hingga kini masih mengalami banyak
pelecehan dan kekerasan seksual. Pelakunya bisa siapa pun dan kapan pun. Kadang
perempuan juga sebagai pihak yang disalahkan pula. Ini terjadi karena perempuan
diperlakukan sebagai alat/objek untuk mmencapai tujuan akhir dan tidak
memerdulikan kebutuhan khususnya sebagai perempuan.
PROBLEM SOLVING
“...semua
orang dilahirkan bebas dan dengan martabat yang setara”. Namun bagi perempuan,
kebebasan, martabat dan kesetaraan masih dilanggar, baik oleh hukum yang
berlaku maupun oleh ketentuan adat dan tradisi yang berlaku baginya. Tidaklah
mungin memperjuangkan hak asasi perempuan terpisah dari perjuangan memperoleh
kesetaraan anatara laki-laki dan perempuan.
Oleh
karena itu, usaha untuk menarik perhatian dan menghentikan kekerasan berbasis
gender, salah satunya seperti kasus yang saya jelaskan diatas. Menarik
perhatian para perempuan diseluruh dunia agar mempunyai semangat juang apa yang
patut diperjuangkan sebagai seorang perempuan. Tidak tunduk dalam penindasan
dan keadilan yang terjadi terus menerus menjadi sebuah kebudayaan sosial.
Selain
itu, dapat melakukan konferensi dunia dengan membicarakan isu kekerasan
perempuan berbasis gender sehingga masalah ini tidak dianggap secara sebelah
mata dan perlu adanya tindakan tegas dari berbagai negara.
Melakukan
gerakan atau kelompok yang tentunya bersifat postif dan terstruktur tentang
perempuan agar solidaritas perempuan di Indonesia semakin erat dan membawa
perubahan sudut pandang yang positif bagi perempuan-perempuan Indonesia dengan
cara bersosialiasi pentingnya martabat sebagai wanita dan sebagainya.
Tidak
terlepas dari peranan pemerintah dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang
dapat memenuhi hak hidup sebagai perempuan dan tidak merugikan atau melanggar
norma-norma hak asasi perempuan. Contohnya seperti, jaminan kesehatan bagi
ibu-ibu yang melahirkan, dan lain sebagainya.
Kita
tidak bisa menghapus diskriminasi perempuan jika tidak dari sudut pandang dan
kepribadian sang pelaku sendiri. Ia akan senantiasa terus menerus melakukannya
karna pikiran dan hatinya sudah tertutup. Apalagi, jika pemerintah kurang tegas
dalam memberikan hukuman bagi penjahat-penjahat asusila. Kasus –kasus pelecehan
dianggap sebelah mata dan tidak ditindak lanjuti dengan tuntas. Maka dari itu,
perempuan akan selalu menjadi alat atau objek kekerasan. Pelaku kejahatan pun
bisa siapaun bahkan orang terdekat kita. Oleh karena itu, pentingnya
sosialisasi. Sosialisasi terhadap anak kecil maupun remaja hingga dewasa agar selalu berhati-hati menjaga diri. Kejahatan
pasti selalu ada, tetapi alangkah baiknya mencegah hal itu terjadi dengan
selalu berhati-hati. Orang tua senantiasa membimbing dan menjaga anaknya agar terhindar dari orang
asing yang tidak jelas. Dan melaporkan kepihak yang berwajib jika adanya
kekerasan.
Sang
pelaku tentunya diberikan hukuman yang setimpal dengan kejahatan yang diperbuat
menurut Undang-Undang yang berlaku. Lalu, sebaiknya diberikan rehabilitasi
tentang pola pikir yang sehat. Diberikan pencerahan agar terhindar melakukan kejahatan
yang sama berulang kali.
DAFTAR PUSAKA
Sadli,
Saparinah. 2010. Berbeda Tetapi Setara.
Jakarta: Buku Kompas
Harwantiyoko.,
dan Nelje F. Katuuk. 1996. MKDU Ilmu
Sosial Dasar. Jakarta:Gunadarma
Hartomo,
H., dan Arnicum Aziz. 1993. MKDU Ilmu
Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170307102107-277-198335/womens-march-jakarta-aksi-damai-dari-dan-untuk-perempuan/1

Tidak ada komentar:
Posting Komentar