Minggu, 29 Januari 2017

PANDANGAN HIDUP

Manusia merupakan makhluk sempurna yang diciptakan Allah SWT karena memiliki akal dan pikiran. Hal tersebut yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya dan menjadikan manusia makhluk yang istimewa. Manusia mempunyai akal dan pikiran yang berbeda – beda antara satu individu dengan individu lainnya, karena setiap manusia menempuh lika - liku jalan kehidupan yang berbeda – beda pula.
Hal ini bergantung pada pola pikir dan pandangan manusia itu sendiri terhadap kehidupan yang ia jalani. Dari pola pikir dan pandangan hidup itulah yang menjadikan manusia mempunyai kepribadian  berbeda - berbeda antara individu dengan individu lainnya.
Karena pandangan hidup satu individu kemungkinan bertentangan dengan pandangan hidup individu lainnya, hal itulah yang sering memicu perdebatan diantara umat manusia dalam kehidupan sehari hari.
 Pandangan hidup manusia bersifat kodrati. Karena merupakan suatu dasar atau landasan dalam membimbing kehidupan jasmani maupun rohani dan tanpa disadari dapat menentukan masa depan hidup seseorang.
Pandangan hidup merupakan pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan dan petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itulah yang membuahkan hasil pemikiran manusia yang berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Pandangan hidup juga dapat diartikan sebagai “prinsip hidup atau sikap hidup”. Oleh karena itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat pandangan hidup seseorang yang menentukan akhir hidup mereka sendiri.

          Pandangan hidup dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a.       Pandangan hidup berasal dari agama merupakan pandangan hidup yang mutlak kebenarannya

b.       Pandangan hidup ideologi merupakan pandangan hidup yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma negara tersebut.
                                                    
c.       Pandangan hidup hasil renungan merupakan pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
        
Melalui proses dan pengalaman hidupnya, manusia perlahan – perlahan mencari jati dirinya. Hal ini sudah dimulai dari masa anak-anak dan berlanjut hingga dewasa. Dalam menanamkan pandangan hidup seseorang dapat dilakukan melalui lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Apa yang menentukan kehidupan manusia kedepannya, semua itu tergantung pilihan dan pertimbangan dari pandangan hidupnya sendiri.
Bila dia merasa bahwa pandangan hidupnya tertuju pada apa yang dia anggap benar, maka ia akan terus melangkah sesuai dengan arah yang ia yakini.
Maka dari itu, erat kaitannya bila pandangan hidup dihubungkan dengan cita-cita manusia.
Apabila seseorang tidak memiliki pandangan hidup dalam dirinya, maka dampak negatifnya adalah dia tidak mempunyai pegangan, pedoman, arahan dan petunjuk hidup dalam menjalani kehidupannya. Sehingga, ia tidak mengerti hakikat atau tujuan ia hidup didunia ini dan juga masa depannya. Untuk menghindari dampak negatif tersebut, hendaknya kita memegang teguh pandangan hidup positif yang diyakini. Maka, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan gegabah bila menghadapi masalah, hambatan, tantangan, gangguan, serta kesulitan yang dihadapinya dalam kehidupan.


Kamis, 26 Januari 2017

ORIENTASI NILAI BUDAYA

Apa itu orientasi dari suatu nilai kebudayaan?
Sebelum kita membahas apa itu orientasi nilai budaya, mari kita telaah terlebih dahulu.

MANUSIA         
Ketika kita memikirkan atau mendengar istilah budaya, pastilah tidak terlepas dari unsur manusianya itu sendiri.  Maka, manusia sangat memegang peranan sangat penting dan unik yang dapat dipandang dari berbagai segi dan aspek.
Dalam pandangan ilmu sosiologi, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri. Dalam pandangan ilmu fisika, manusia adalah kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan energi dan pandangan ilmu lainya.

BUDAYA
Istilah “budaya” itu sendiri berasal dari kata sansekerta yaitu “bhudayah” yang artinya budi atau akal. Namun, dalam bahasa latin yaitu “colore” yang artinya mengolah tanah. Jadi, kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dihasilkan oleh budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya; atau dapat diartikan pula himpunan pengalaman yang dipelajari, mengacu pada pola –pola perilaku yang ditularkan secara sosial, yang merupakan kekhususan kelompok sosial tertentu (keesing, jilid I. 1989;hal 68)
Apa itu kebudayaan? Kita akan menemukan banyak sekali definisi yang dikemukakan para sarjana bidang sosial budaya diseluruh dunia. Contoh tokoh dunia yang mengemukakan pendapatnya tentang definisi kebudayaan adalah dua orang antropolog terkemuka, Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski. Pendapat mereka adalah “Cultural Determinism” berarti segala sesuatu yang terdapat didalam masyarakat  ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu. Kebudayaan memiliki bidang yang luasnya seolah – olah tidak ada batas. Mengapa? karena anggota masyarakat yang senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan kelahiran. Maka dari itu, sukar sekali untuk memberikan batasan definisi dan pengertian yang lebih terinci dan tegas.
Secara praktis, kebudayaan merupakan sistem nilai dan gagasan utama (vital) yang dijadikan sebagai hakekat kebudayaan yang dapat memberikan pola untuk bertingkah laku kepada masyarakatnya.
           
Hubungan manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan.
Dalam ilmu sosiologi, manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal yang berarti walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan dimana kebudayaan yang tercipta tersebut mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Misalnya, manusia menciptakan peraturan. Kemudian ia harus mematuhi peraturan yang ia ciptakan tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat terlepas dari kebudayaan karna kebudayaan tersebut adalah perwujudan dari manusia sendiri. Apa yang yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.

ORIENTASI NILAI BUDAYA           
Kluckhohn  dalam Pelly (1994) mengemukakan pendapatnya bahwa nilai budaya merupakan sebuah  konsep  beruanglingkup luas yang hidup dalam alam fikiran sebagian besar warga atau masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai – nilai budaya.
Secara  fungsional  sistem  nilai  ini  mendorong  individu  untuk  berperilaku seperti  apa  yang  ditentukan.  Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai – nilai tersebut merupakan  wujud  ideal  dari  lingkungan  sosialnya.  Dapat  pula  dikatakan  bahwa sistem  nilai   budaya   suatu   masyarakat   merupakan   wujud   konsepsional   dari kebudayaan mereka, yang seolah – olah berada diluar dan di atas para individu warga masyarakat itu.
            Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C. Kluckhohn dalam karyanya Variantions in Value Orientation (1961), sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan didunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu:

1.          Hakekat hidup manusia (MH)
Hakekat hidup untuk setiap kebudayaan berbeda secara ekstrem; ada yang berusaha untuk memadamkan hidup, ada pula yang dengan pola – pola kelakuan tertentu menganggap hidup sebagai suatu hal yang baik, “mengisi hidup”.
Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha misalnya, menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu pola kehidupan masyarakatnya berusaha untuk memadamkan hidup itu guna mendapatkan  nirwana,   dan   mengenyampingkan   segala   tindakan   yang   dapat menambah rangkaian hidup kembali (samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan  seperti  ini  sangat  mempengaruhi  wawasan  dan  makna  kehidupan  itu secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep – konsep kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.

2.          Hakekat karya manusia (HK)
Setiap kebudayaan hakekatnya berbeda – beda, diantaranya ada yang beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hidup, karya memberikan kedudukan atau kehormatan, karya merupakan gerak hidup untuk menambah karya lagi.

3.         Hakekat waktu manusia (WM)
Hakekat waktu untuk setiap kebudayaan berbeda; ada yang berpandangan mementingan orientasi masa lampau, ada pula yang berpandangan untuk masa kini focus usaha dalam perjuangannya atau masa yang akan datang. Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.

4.          Hakekat alam manusia (MA)
Ada kebudayaan yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia, maka manusia harus mengekploitasi alam atau memanfaatkan alam semaksimal mungkin, Akan tetapi, ada pula kebudayaan yang beranggapan manusia harus mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.

5.         Hakekat hubungan manusia (MN)
Dalam banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak. Dalam hal ini yang mementingkan hubungan manusia dengan manusia, baik secara horizontal atau koleteral (sesamanya) cenderung untuk mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam masyarakat – masyarakat eligaterian.
Sebaliknya kebudayaan yang menekankan hubungan secara vertikal (orientasi kepada tokoh – tokoh, senioritas, penguasa atau pemimpin) cenderung untuk mengembangkan orientasi keatas. Orientasi ini banyak terdapat dalam masyarakat paternalistic (kebapaan). Tentu saja pandangan ini sangat mempengaruhi proses dinamika dan mobilitas social masyarakatnya.
Ada pula yang berpandangan individualitas (menilai tinggi kekuatan sendiri).

Orientasi Nilai Budaya

Masalah Dasar Dalam Hidup

Konservatif
Transisi
Progresif

Hakekat Hidup
Hidup itu buruk
Hidup itu baik
Hidup itu sukar tetapi harus diperjuangkan

Hakekat Kerja/karya
Kelangsungan hidup
Kedudukan dan kehormatan / prestise
Mempertinggi prestise

Hubungan Manusia Dengan Waktu
Orientasi ke masa lalu
Orientasi ke masa kini
Orientasi ke masa depan

Hubungan Manusia Dengan Alam
Tunduk kepada alam
Selaras dengan alam
Menguasai alam

Hubungan Manusia Dengan Sesamanya
Vertikal
Horizontal / kolekial
Individual / mandiri

Dari lima masalah pokok dalam kehidupan manusia yang universal yang telah disebutkan dalam tabel diatas, mempunyai cara mengkonsep yang berbeda – beda setiap lapisan masyarakat dan kebudayaannya. Namun, akan selalu ada lima hal masalah pokok dalam kehidupan manusia tersebut disetiap lingkungan masyarakat maupun kebudayaan.

Sementara itu Koentjaraningrat telah menerapkan kerangka Kluckhohn di atas untuk menganalisis masalah nilai budaya bangsa Indonesia, dan menunjukkan titik – titik   kelemahan   dari   kebudayaan   Indonesia   yang   menghambat   pembangunan nasional. Kelemahan utama antara lain mentalitas meremehkan mutu, mentalitas suka menerabas, sifat tidak percaya kepada diri sendiri, sifat tidak berdisiplin murni, mentalitas suka mengabaikan tanggung jawab.

Kerangka Kluckhohn itu juga telah dipergunakan dalam penelitian dengan kuesioner untuk mengetahui secara objektif cara berfikir dan bertindak suku – suku di Indonesia umumnya yang menguntungkan dan merugikan pembangunan.

Selain itu juga, penelitian variasi orientasi nilai budaya tersebut dimaksudkan disamping untuk mendapatkan gambaran sistem nilai budaya kelompok – kelompok etnik di Indonesia, tetapi juga untuk menelusuri sejauhmana kelompok masyarakat itu memiliki system orientasi nilai budaya yang sesuai dan menopang pelaksanaan pembangunan nasional.